DAMPAK LETUSAN GUNUNG GAMALAMA, BERKAH ATAU BENCANA?

Oleh: Ikqra Mochtar


Ditengah sebagian besar warga Ternate yang tertidur pulas, sekitar pukul 00.30 dini hari tanggal 5 November 2011, kembali Gunung Api Gamalama menunjukan kekuatannya dengan letusan yang disertai dengan material piroklastik (pyroclastic). Dan pada keesokan harinya, seluruh warga Ternate dikejutkan dengan tebalnya abu vulkan yang dikeluarkan Gunung Gamalama.

Banyak diantara kita yang mungkin melihat letusan dan abu vulkan ini menjadi suatu musibah, untuk sebagian lainnya, ini merupakan peringatan alam akan tingkah laku manusia, dan lainnya menganggap kejadian alam biasa karena alam sedang mencari keseimbangannya. Menurut saya ini semua benar namun tergatung darimana kita melihat dan bagaimana kita menyikapinya.

Wilayah Maluku Utara merupakan daerah yang termasuk dalam sabuk vulkan (ring of fire) dimana terdapat empat gunung berapi aktif yaitu Dukono, Gamkonora, Gamalama dan Kie Besi. Gunung Gamalama merupakan gunung api teraktif di Maluku Utara yang ditunjukan oleh pertama kali dilakukan pencatatan letusan dimulai dari tahun 1538 hingga 2011 ini telah meletus ratusan kali. Gunung Gamalama yang memiliki nama lain Piek Van Ternate merupakan tipe gunung api strato yang ditunjukan dengan silih bergantinya letusan antara lava dan bahan piroklastik dimana lava yang keluar melalui retakan membeku sebagai retas (dyke) dan jika menyusup antar lapisan akan membentuk sil (sill). Lava yang mengalir tersendiri dari kawah atau pinggiran kerucut dapat membentuk menyerupai lidah yang menjulur ke bawah.

Puncak Gunung Gamalama menunjukan sisa dari beberapa pematang kawah karena kegiatan gunung apinya bergerak ke arah utara. Sebelah utara dari pematang kawah terdapat pematang kawah lama yaitu puncak Madiena yang tingginya sekitar 1669 m dan puncak Arafat yang tingginya sekitar 100 m, disinilah tempat kawah tempat letusan terjadi. Kawah tersebut berbentuk lonjong yang ditempati tiga buah kawah yang lebih kecil. Terdapat danau kawah disebelah barat daya yaitu Danau Laguna dan barat laut Danau Tolire besar dan Tolire kecil.

Salah satu hasil utama dari tipe letusan Gunung Gamalama yaitu abu vulkanik, dimana jangkauan hujan abu vulkanik ini sangat luas dan arahnya tergantung tiupan arah angin. Jika hujan abu vulkan ini disertai dengan hujan air maka akan terjadi banjir lahar (mudflow).

Dampak yang ditimbulkan dari hujan abu vulkanik ini yaitu adanya pengungsian dari warga yang tinggal di daerah aliran lava, kerusakan fasilitas umum seperti jalan yang dapat menimbulkan kerugian. Lainnya yaitu terganggunya jadwal penerbangan karena ketebalan abu yang menghalangi jarak pandang sehingga para pilot tidak akan mengambil resiko melakukan pendaratan atau take off karena landasan pacu yang dipenuhi oleh abu yang dapat menyebabkan pesawat tergelincir. Dampak lainnya bagi kesehatan, abu vulkan yang mengandung silikat oksida (SiO2) yang tinggi sekitar 49,95 – 60,14 dapat menyebabkan efek jangka pendek seperti iritasi mata hingga sesak napas. Hal ini karena silika memilki struktur yang secara mikroskopis terlihat tajam, dna jika terkena mata kemudian dengan atau tanpa sengaja digosokan akan terjadi iritasi. Jika abu ini terhirup akan menyebabkan sesak napas. Seiring dengan perkembangan penyakit, muncul juga gejala nyeri dada, lemas, kehilangan nafsu makan hingga sesak napas ekstrim. Hal ini dapat dicegah dengan penggunaan masker penutup hidung sehingga dapat mengurangi abu vulkan yang terhirup.

Dampak lainnya secara positif, material debu dapat bermanfaat untuk memperkaya unsur hara dalam tanah karena mengandung P2O5 sebanyak 0 – 0,18; K2O sebanyak 2,00 – 3,58. Debu gunung api juga dapat dijadikan pupuk, pemberantas hama terutama hama tanaman holtikultura seperti ulat dan serangga dan abu vulkan dapat membuat tanah sangat kaya mineral yang dapat menumbuhkan aneka tanaman dengan baik tanpa memerlukan tambahan pupuk namun jika diberikan pupuk organik kondisinya akan semakin prima. Selain itu, material vulkanik berupa pasir dan batu yang mengendap merupakan sumber penghidupan masyarakat yang berprofesi sebagai penambang pasir tradisional. Pasir gunung juga sangat baik sebagai bahan campuran untuk bangunan.

Dari paparan ini, letusan Gunung Gamalama merupakan berkah atau bencana? Hanya masing-masing kita yang dapat menjawabnya. Namun karena kita hidup pada daerah yang berpotensi bahaya tindakan pencegahan terhadap bahaya tersebut mutlak dilakukan hingga tidak menimbulkan bencana dengan upaya tindakan dalam mengurangi resiko bencana. Banyak upaya dalam mengurangi resiko bencana dimana salah satunya yaitu membuat peta daerah rawan gunung berapi dan mensosialisakannya. Selain itu, apa saja yang rentan (vulnerability) terhadap bencana gunung api harus dapat diidentifikasi sehingga dapat meminimalisir korban jiwa maupun materiil jika terjadi suatu kejadian alam.


Share/Bookmark

TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI

Silahkan tinggalkan komentar anda

0 komentar tentang “DAMPAK LETUSAN GUNUNG GAMALAMA, BERKAH ATAU BENCANA?”

Posting Komentar