Dalam rangka mengurangi dampak dari kejadian bencana banjir, maka diperlukan suatu upaya pengelolaan (manajemen) untuk menghadapi masalah banjir. Manajemen banjir dalam artian melakukan pengelolaan dan pengendalian banjir harus dipandang secara utuh (holistic) dan terpadu, sehingga tujuan yang akan dicapai dapat member manfaat secara berkelanjutan. Manajemen banjir terpadu (Integrated Flood Management) adalah proses meningkatkan pendekatan secara terpadu pengelolaan banjir. Dalam hal ini mengintegrasikan lahan dan pengembangan sumberdaya air dalam DAS (manajemen sumberdaya air terpadu), bertujuan untuk memaksimalkan keuntungan (pemanfaatan) dari penggunaan lahan di dataran banjir dan meminimalkan korban jiwa dari banjir (WMO, 2009).
Manajemen banjir terpadu menyadari bahwa DAS sebagai suatu sistem yang dinamis di mana terdapat banyak interaksi dan fluks antara tanah dan tubuh air. Dalam manajemen banjir terpadu titik awal adalah visi dari DAS yang seutuhnya. Dengan menggabungkan perspektif kehidupan yang berkelanjutan berarti mencari cara untuk bekerja dengan mengidentifikasi peluang untuk meningkatkan kinerja sistem secara keseluruhan. Aliran air, sedimen dan polutan dari DAS (bagian hulu) masuk ke zona pesisir dapat memiliki konsekuensi yang signifikan. Sebagaimana muara mencakup DAS dan zona pesisir, penting untuk mengintegrasikan pengelolaan zona pesisir dalam manajemen banjir terpadu (WMO, 2009).
Penanggulangan banjir dengan cara-cara konvensional (sebatas-mengusir-air) perlu diubah dengan manajemen banjir terpadu, dengan menentukan komponen-komponen lingkungan apa saja yang ada, yang dapat merupakan faktor tidak terakumulasinya air di satu tempat secara berlebihan dan penghambat aliran permukaan (run off), tetapi memperlancar siklus alami air (natural water recycling). Ini meliputi penggunaan vegetasi yang berfungsi sebagai perangkap atau penahan air, pengontrolan secara alami seperti penanaman tanaman yang menyerap banyak air, pembuatan terasering dan saluran/parit sesuai kontur, tanaman penutup tanah (ground cover), serta langkah preventif seperti normalisasi fungsi saluran, kanal, parit, dsb; pengelolaan sampah (reduce, re-use, and recycle), membuat sumur resapan, pintu pembagi, bak kontrol, perbaikan tata letak, zonasi, dan sebagainya. Jelaslah, bahwa pola ini menekankan pada sifat yang menyeluruh dalam pendekatannya dan berdasarkan sepenuhnya pada prinsip-prinsip ekologi (Jumantri, 2009).
TERIMA KASIH TELAH MENGUNJUNGI BLOG INI
Silahkan tinggalkan komentar anda0 komentar tentang “MANAJEMEN BANJIR”
Posting Komentar